Pengaruh Globalisasi Terhadap Pudarnya Budaya Gotong Royong di Era Milenial
Pengaruh Globalisasi Terhadap Pudarnya Budaya Gotong Royong di Era Milenial
Jum'at, 31 Maret 2023 13:50 WIB | 4.884 views
Gotong Royong adalah suatu bentuk kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam arti lain bisa juga disebut dengan kegiatan tolong-menolong tanpa pamrih. Tujuan dari gotong royong ini sendiri adalah untuk mencapai kepentingan bersama serta meningkatkan rasa solidaritas.

Menurut Permendagri Nomor 42 tahun 2005, gotong royong adalah kegiatan kerjasama masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan yang diarahkan pada penguatan persatuan dan kesatuan masyarakat serta peningkatan peran aktif masyarakat dalam pembangunan.

Adapun contoh gotong royong ini seperti kerja bakti. Biasanya kerja bakti dilaksanakan ketika hari libur. Akan tetapi para pemuda saat ini lebih memilih untuk bersantai dan refreshing di hari libur daripada harus kerja bakti. Hal inilah yang menjadikan tanda-tanda awal pudarnya budaya gotong royong ini.

Analis Sosiologi yang juga Analis Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing mengatakan, salah satu penyebab lunturnya gotong royong adalah kemajuan teknologi, media sosial misalnya. "Sehingga orang merasa tidak perlu melakukan sosialisasi. Efek dari media sosial itu menjauhkan yang dekat mendekatkan yang jauh," ujarnya kepada nusantaranews.co saat dihubungi, Sabtu (12/8/2017).

Menurutnya, anak muda sekarang lebih sering berpikir dan bertindak global dibandingkan memikirkan dan berperilaku lokal seakan-akan mengabaikan lingkungan sekitarnya bahkan bisa sampai mengabaikan orang-orang di sekitarnya juga. "Prinsip bergotongroyong harus tetap digelorakan, tetapi juga membangun hubungan dengan dunia luar," ucapnya.

Jika ditinjau dari sudut pandang bangsa Indonesia bisa merdeka karena adanya kerjasama, kebersamaan, gotong royong serta sikap saling bahu-membahu untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia ini. Namun di waktu sekarang ini, semangat seperti ini justru sudah mulai ditinggalkan oleh para generasi muda. Salah satu penyebabnya adalah karena uang. Uang dijadikan syarat pengganti untuk mereka yang tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.

Di beberapa daerah mungkin sudah terbiasa untuk menerapkan suatu kesepakatan ini. Kehadiran dalam sebuah kebersamaan pun terkadang diwakili dengan uang. Tidak hadir ronda cukup bayar denda. Tidak hadir dalam pertemuan cukup titip uang iuran. Tidak ikut kerja bakti cukup memberi sumbangan. Tujuannya adalah agar si penerima denda mendapatkan efek jera. Akan tetapi hal inilah yang menjadikan semagat gortong royong pada masyarakat menjadi pudar atau bahkan rusak hanya karena uang. Semata-mata uang memiliki kedudukan yang sama dengan partisipasi seseorang pada kegiatan kemasyarakatan.

Di sisi lain, teknologi yang semakin canggih juga memengaruhi keberadaan budaya gotong royong ini. Mungkin yang masih menjadi tradisi adalah pada Hari Ulang Tahun Nasional Indonesia, masyarakat bergotong royong menghiasi lingkungannya dengan nuansa merah putih atau nuansa kemerdekaan untuk menyambut atau ikut merayakan hari kemerdekaan bangsanya. Namun di kompleks perumahan, hal itu jarang dilakukan. Sebaliknya, mereka sibuk dengan dunianya sendiri, sibuk di rumah, bahkan tidak berkomunikasi dengan tetangganya. 

Mereka bahkan rela menghabiskan banyamenghabiskan lebih banyak uang untuk membayar orang agar dipasangkan dekorasi untuk perayaan ulang tahun negara mereka sendiri tanpa adanya kerjasama dari lingkungan sekitarnya. Anak muda lebih cenderung suka mengobrol di kafe bersama teman-temannya hingga pagi hari dibandingkan harus ikut patroli malam di lingkungan sekitarnya. 

Mereka bahkan lebih memilih membayar satpam daripada berpatroli bersama warga sekitar yang sedang bertugas. Berbeda dengan zaman sebelumnya yang masih menjaga keakraban dengan tetangga untuk melakukan patroli malam bersama, menonton televisi bersama di poskamling.

Dari hal tersebut sudah jelas perbedaan perkembangan nilai-nilai gotong royongnya.


Gotong royong memiliki nilai positif, antara lain :
 
  • Kebersamaan
Gotong royong dapat merefleksikan kebersamaan. Hal ini dilihat dari masyarakat mau bekerjasama untuk membantu orang lain atau untuk membangun fasilitas yang nantinya akan dimanfaatkan bersama.
 
  • Persatuan
Kebersamaan gotong royong juga menjadikan masyarakat menjadi lebih kuat dan mampu menghadapi persoalan yang ada dengan persatuan yang ada.
 
  • Rela berkorban
Dengan gotong royong, masyarakat rela mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk memenuhi kebutuhan bersama.
 
  • Tolong menolong
Dalam gotong royong ini warga diajarkan untuk saling bahu-membahu atau tolong-menolong kepada satu sama lain. Sekecil apapun peran orang itu dalam menolong orang lain, maka itu akan tetap bermanfaat bagi orang lain.
 
  • Sosialisasi
Dengan adanya gotong royong ini, yang mulanya masyarakat hidup dalam sifat yang cenderung individualisme atau mementingkan dirinya sendiri menjadi sadar bahwa mereka pada intinya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa memerlukan orang lain. Gotong royong ini juga menjadikan warga bisa saling mengenal satu sama lain sehingga proses interaksi atau sosialisasi tetap berlangsung.

Selain itu gotong royong juga memiliki manfaat bagi kehidupan masyarakat sekitar, antara lain adalah:
 
  • Meringankan beban pekerjaan yang harus dipertanggungjawabkan.
  • Menumbuhkan sikap sukarela, tolong-menolong, kebersamaan, dan kekeluargaan antar sesama anggota masyarakat.
  • Menjalin dan meningkatkan hubungan yang bak antar masyarakat.
  • Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Nasional.

Upaya untuk meningkatkan semangat kekeluargaan dan gotong royong:
 
  • Saling menghormati pendapat orang lain.
  • Saling tolong menolong.
  • Belajar untuk menghargai perbedaan atau toleransi.
  • Tidak membeda-bedakan suku, ras, dan agama.
  • Mengutamakan kepentingan bersama.

Upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakatnya, seperti:
 
  1. Edukasi tentang gotong royong untuk lingkungan dengan cara kampanye sosialisasi.
  2. Membuat program yang menarik dan bermanfaat untuk masyarakat itu sendiri.
  3. Melibatkan masyarakat secara aktif dalam membentuk kelompok untuk tujuan tertentu dan untuk kegiatan-kegiatan lingkungan.
  4. Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial guna mempererat hubungan antar warga seperti kerja bakti.
  5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pemerintahan yang berkaitan dengan lingkungan seperti pengelolaan sampah dan pengendalian banjir.


Dengan melakukan upaya-upaya di atas secara konsisten dan berkelanjutan, maka hubungan antar warga atau menjaga budaya gotong royong akan dapat terjaga dan dapat lebih baik dari sebelumnya.

Sikap gotong royong di era milenial ini memang sudah tergolong langka lagi atau jarang ditemukan. Lingkungan sekolah pun saat ini sudah banyak yang menghilangkan kegiatan kerja bakti yang biasanya dilaksanakan di hari Jumat. Banyak yang beralasan karena itu seharusnya sudah menjadi tugas seorang petugas kebersihan.

Saya pernah melihat suatu video yang dimana di dalamnya terdapat pujian kepada masyarakat Indonesia tentang keramahan, kebersamaan dan gotong royongnya. Pujian itu berasal dari turis mancanegara. Oleh karena itu, dengan perkembangan zaman yang dimana semuanya sudah menggunakan teknologi semakin canggih, jangan membuat budaya gotong royong kita menjadi pudar atau bahkan hilang.

Jadi ayolah, generasi muda kembangkan kembali budaya gotong royong, hilangkan rasa malas Anda dengan cara mensosialisasikan gotong royong dan semangat gotong royong di lingkungan terdekat Anda. Karena itulah yang membuat identitas atau karakteristik ciri khas bangsa Indonesia, jangan sampai budaya ini tergerus oleh sifat individualisme tinggi dan menjauhkan sifat anarkisme dan menjatuhkan martabat di antara kamu karena kita adalah bangsa yang harus dijaga keutuhannya jangan sampai rusak oleh sikap buruk ini.


Berikan Komentar Via Facebook